Buletin Islam – Israel terus melancarkan serangan di Gaza, Palestina, dengan menyebabkan korban sipil terus bertambah. Israel mengklaim serangannya bertujuan untuk menghancurkan Hamas.
Dalam pembaruan terbaru dari AFP pada Jumat (5/1/2024), Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa serangan Israel telah menyebabkan kematian 22.435 orang sejak dimulainya pada 7 Oktober hingga Kamis waktu setempat. Dalam 24 jam terakhir saja, 125 orang tewas dan 57.614 orang terluka.
Salah satu serangan terbaru Israel, seperti yang dilaporkan oleh Al-Jazeera, adalah penggunaan bom dahsyat di Rafah, Gaza Selatan. Tim penyelamat masih melakukan pencarian di antara reruntuhan bangunan.
Koresponden Tareq Abu Azzoum melaporkan dari lokasi kejadian bahwa serangan udara tersebut meratakan sebuah bangunan tempat tinggal, dengan sejumlah warga Palestina dilaporkan terluka menurut laporan awal.
Sementara itu, konflik antara Israel dan Hamas di Gaza memicu ketegangan regional setelah serangan militer Israel di Lebanon. Serangan ini menewaskan wakil pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri, yang dikebumikan pada hari Kamis.
Hizbullah, kelompok milisi Lebanon terkait Hamas, bersumpah untuk membalas pembunuhan Arouri dan enam anggota Hamas lainnya, menyatakan serangan tersebut sebagai ancaman serius terhadap Lebanon.
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, memperingatkan Israel terhadap konflik besar-besaran dan menyatakan kesiapannya untuk berperang tanpa batas dan aturan jika Israel menyerang Lebanon.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memberi kode bahwa perang baru dapat terjadi dengan Lebanon. Ia menyatakan komitmen Israel untuk membawa perubahan mendasar di perbatasan dengan Lebanon dalam pertemuan terbaru dengan utusan khusus AS Amos Hochstein di Tel Aviv.
Di sisi lain, Israel mengecam keras AS terkait rencana migrasi sukarela warga Palestina dari Gaza ke Republik Demokratik Kongo. Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, menyatakan bahwa Israel bukanlah bintang lain di bendera Amerika.
Kritik AS terhadap rencana tersebut dijawab dengan penolakan oleh Ben-Gvir, yang menekankan bahwa keputusan terkait hal ini ada di tangan Israel, bukan bagian dari AS.
Ben-Gvir menyatakan bahwa migrasi sukarela tersebut dapat memungkinkan penduduk Gaza kembali ke rumah mereka dan hidup dalam keamanan, serta melindungi tentara IDF. Pernyataan tersebut mendapat penolakan dari AS, yang menyebutnya sebagai menghasut dan tidak bertanggung jawab.
Dalam pernyataan terbarunya, Ben-Gvir menegaskan bahwa meskipun AS adalah teman terbaik Israel, negara tersebut akan melakukan yang terbaik untuk kepentingan Israel.