30+ Kata-Kata Mutiara Gus Dur, Sang Bapak Bangsa

Buletin Islam | KH. Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan Gus Dur, merupakan tokoh bangsa yang humoris dan humanis.

Pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia ke-4, tidak lantas membuatnya jauh dari masyarakat.

Bahkan konon, cucu pendiri Nahdlatul Ulama tersebut, membuka lebar-lebar Istana Presiden bagi siapa saja.

Maka, wajar jika Quotes dan petuah-petuahnya sering kita temukan di berbagai meme dan banner.

Selain menyejukkan, nasehat-nasehat Gus Dur yang sering kali diselingi dengan jok-jok ringan, membuat kita rindu dengan sosok Bapak Bangsa tersebut.

Kalam Hikmah Dan Kata-kata Mutiara Gus Dur

Dikutip dari galerikitabkuning.com, setidaknya ada 30 kata mutiara Gus Dur yang paling dikenang, apa sajakah itu?

Tidak Penting apapun agama atau sukumu… Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu.
Mari kita tanya dalam hati kita, apakah kita ini berjuang untuk suatu kepentingan yang besar yaitu kedamaian dan keutuhan NKRI
Apa tanda-tandanya keras hati? “Saat melihat gereja kau takut imanmu runtuh, Tapi saat membaca al-Quran tak sedikitpun hatimu tersentuh”
Saya tidak peduli mau popularitas saya hancur, difitnah, dicaci maki atau dituduh apapun, tapi bangsa dan negara ini harus diselamatkan dari perpecahan.
Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian.
Kalau kamu bisa melakukan yang baik untuk semua orang, orang tidak tanya apa agamamu.
Memuliakan manusia, berarti memuliakan penciptanya. Meremehkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptanya.
Mari kita bangun bangsa dan kita hindarkan pertikaian yang sering terjadi dalam sejarah. Inilah esensi tugas kesejahteraan kita, yang tidak boleh kita lupakan sama sekali.
Agama dilahirkan untuk kedamaian bukan untuk kekerasan.
Jargon memperjuangkan Islam sebenarnya adalah memperjuangkan agenda politik tertentu dengan menjadikan Islam sebagai kemasan dan senjata, langkah ini sangat ampuh karena siapapun yang melawan dituduh melawan Islam.
Politik yang paling luhur itu ya menyejahterakan kehidupan warga masyarakat. Ukurannya terserah daerah setempat. Di bawah itu semua adalah politik kampungan.
Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin besar rasa toleransianya.
Tuhan tidak perlu dibela, Dia sudah maha segalanya. belalah merek yang diperlakukan tidak adil.
Keberhasilan seorang pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam mensejahterakan umat yang mereka pimpin.
Negeri ini paling kaya di Dunia, tapi sekarang negeri ini menjadi melarat karena para koruptor tidak ditindak dengan tegas.
Kita hanya akan mampu menjadi bangsa yang kukuh kalau umat agama-agama yang berbeda saling mengerti satu sama lain, bukan sekedar saling menghormati.
Berapapun besar biaya dan resikonya, NU akan menjaga keutuhan NKRI
NU merupakan perkumpulan perjuangan yang terkait Cita-cita bersama, bukan oleh kepentingan bersama.
Anak muda NU akan bangkit 10 tahun lagi, mereka (gerakan radikal) akan kalah dengan anak muda kita.
Lakukan sesuatu untuk NU, sebagaimana yang dilakukan orang tuamu dan kakekmu. Tidak perlu menjadi mereka, lakukan yang kamu bisa.
Memaksakan kebenaran kepada orang lain, adalah cara yang tidak rasional, meskipun isi kandungannya sangat rasional.
Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan, Terus berkarya dan bekerjalah yang membuat kita berharga.
Jika perbedaan adalah rahmat, kenapa manusia di negeri ini berebut untuk membencinya?
Orang yang masih terganggu dengan hinaan dan pujian manusia, dia masih hamba yang amatiran.
Bukalah hatimu dan berindaklah dengan jujur.
Kemajemukan harus bisa diterima, tanpa adanya perbedaan.
Sebaik apapun tingkahmu, sebaik apapun hidupmu, kebencian dari manusia itu pasti ada. Jangan terlalu ambil pusing, terus aja jalan.
Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan.
Jika kita measa muslim terhormat, maka kita akan berpuasa dengan menghormati orang yang tidak berpuasa.
Dalam dunia nyata dan dalam perjuangan yang tak muda, kita bukan tokoh dongeng dan mitos yang gagah berani dan penuh sifat kepahlawanan. Kita, yang bukan tokoh mitos, yang punya anak, istri dan keluarga, mengenal rasa takut. Meski takut, kita jalan terus, berani melompati pagar batas ketakutan tadi, mungkin disitu ada hara kita ditetapkan.