Buletin Islam | Meskipun dapat mengalahkan Kroasia dengan skor telak, rupanya Spanyol masih menunjukkan kelemahannya pada pertandingan malam tadi.
Juara Euro tiga kali itu harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan 3 poin penuh di babak 16 besar Euro 2020 lantaran baru dapat mengalahkan Kroasia di masa perpanjangan waktu.
Delapan gol yang tercipta dengan lima untuk Spanyol dan tiga untuk Kroasia menjadi yang terbesar di Euro 2020. Spanyol pun dua kali beruntun mencetak lima gol setelah menang 5-0 atas Slovakia di laga terakhir fase grup.
Spanyol kini tercatat sebagai kesebelasan dengan gol terbanyak. Dari empat laga yang sudah dijalani, Spanyol mengoleksi 11 gol.
Fakta sebagai tim paling produktif tak terbantahkan. Anak asuh Luis Enrique dan kawan-kawan mengalahkan Italia dan Denmark yang mencetak sembilan gol.
Namun di balik kemampuan mencetak 11 gol, terdapat beragam nilai minus dalam performa Spanyol memburu gelar juara Eropa yang keempat.
Menghadapi Kroasia, Spanyol masih memiliki masalah dalam penyelesaian akhir. Trio Alvaro Morata, Ferran Torres, dan Pablo Sarabia yang ditempatkan sebagai trisula tak bisa menjadi penyelesai serangan yang ampuh.
Jika kolaborasi tiga pemain tersebut, bersama Koke, Pedri, dan Sergio Busquets di lini tengah serta dukungan Cesar Azpilicueta dan Jose Gaya sebagai full back berjalan sempurna, maka Spanyol akan mencetak keunggulan lebih dulu atas Kroasia.
Yang terjadi adalah La Furia Roja mempertontonkan galeri kegagalan demi kegagalan dalam menuntaskan peluang, hampir seperti dalam laga pembuka ketika menghadapi Swedia yang berakhir tanpa gol.
Banner Euro 2020
Kroasia pun unggul lebih dulu. Gol skuad Vatreni juga tak lepas dari kesalahan pemain Spanyol. Gol didapat Luka Modric dan kawan-kawan tanpa harus mengeluarkan keringat.
Kegagalan Unai Simon mengantisipasi back pass Pedri menjadi kesalahan kecil di laga besar yang hampir merenggut peluang sekaligus mempermalukan nama besar Spanyol.
Sebuah kekonyolan yang terjadi di laga sekelas Euro 2020 hampir dibayar mahal dengan kegagalan. Beruntung Spanyol kemudian bisa mencetak gol yang menyamakan kedudukan dan bangkit.
Kemampuan mencetak dua gol di babak kedua dan membalikkan skor menjadi 3-1 membuat Spanyol terlena. Jarak dua gol gagal dipertahankan.
Mislav Orsic kemudian membunyikan alarm Spanyol dengan gol pada menit ke-85. Saat Spanyol belum benar-benar bangun, Kroasia yang kembali mendapatkan angin kedua kembali membobol gawang La Furia Roja pada masa injury time.
Spanyol akan mendapat cerita lain seandainya peluang-peluang Kroasia di awal babak perpanjangan waktu berujung gol. Perubahan gaya main Kroasia yang frontal membuat Spanyol terguncang.
Tetapi di sisi lain, permainan terbuka Kroasia menyediakan ruang di lini belakang. Spanyol memanfaatkan celah itu dan kembali mencetak dua gol. Keunggulan dua gol kali ini bisa dijaga hingga wasit meniup peluit panjang.
Kesalahan di berbagai lini, yang diperlihatkan jelas dalam laga melawan Kroasia, wajib dibenahi Spanyol jika ingin kembali mengulang prestasi 1964, 2008, dan 2012.
Spanyol masih menunjukkan permainan yang kurang meyakinkan, sama seperti sejak fase grup, padahal lawan yang dihadapi bukan tim unggulan. Jika bertemu kesebelasan yang solid, langkah Spanyol bisa kelar.
Spanyol tak kehilangan identitas sebagai kesebelasan yang identik dengan permainan penguasaan bola. Dominasi Koke cs selalu terlihat dalam laga-laga di Euro 2020. Sayangnya hal itu tidak dibarengi dengan efektivitas permainan.
Lima gol dari 23 tembakan yang dibuat Spanyol menunjukkan konversi gol yang lebih rendah ketimbang Kroasia yang bisa mencetak tiga gol dari 12 tembakan.
Spanyol pun gagal memaksimalkan situasi bola mati, khususnya dari tendangan sudut. Dari delapan sepak pojok, akurasinya hanya mencapai 38 persen.
Busquets menunjukkan perannya sebagai pemain sentral dengan mengatur jalannya permainan denagn baik dan ratusan umpan yang dikirimkan. Tapi, catatan jumlah operan yang dilayangkan Busquets masih berada dibawah Aymeric Laporte. Inilah yang vmenandakan bahwa Spanyol, pada malam tadi, adalah tim yang membangun serangan melalui benteng terbawahnya.
Jumlah sentuhan Cesar Azpilicueta yang berada di sektor kanan juga menandai Spanyol cukup dominan di sisi kanan, namun bisa saja berubah seandainya Jordi Alba main sejak awal sehingga bisa memberi opsi lain. Di luar itu, Jose Gaya cukup terlibat aktif dalam penyerangan.
Satu hal yang masih terlihat positif adalah kinerja para pemain Spanyol dalam bertahan. Menghadapi Kroasia yang mengandalkan kemampuan dribel beberapa pemain, Spanyol masih mampu meredam dengan tekel yang akurat.
Lagi-lagi Busquets memegang peranan penting menjadi pelindung di depan kotak penalti Spanyol dengan mentekel musuh yang hendak menyerang. Dan ia yang paling banyak dari sekian pemain yang ada.
Petaka akan menghinggap bila Busquets harus tidak dimainkan. Seperti yang telah terjadi ketika Spanyol ditahan imbang oleh Polandia dan Swedia di dua laga awal.