Wow! Ternyata Inilah Manfaat Dari Waktu Pagi

Dalam kitab shohihnya, Imam muslim meriwayatkan sebuah hadist yang bersumber dari Abu Wa’il Syaqiq bin Salamah Al-Asadiy, dia berkata bahwa “Suatu hari, kami pergi di waktu pagi menuju Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, tepatnya setelah selesai mengerjakan shalat Shubuh. Kami memberi salam di pintu dan beliau memberi izin kepada kami.” Abu Wa’il berkata, “Kami berdiam beberapa saat di pintu”. Lalu seorang perempuan keluar dan berkata, “Tidakkah kamu mau masuk?” Lalu kami pun masuk. Ternyata beliau (Ibnu Mas’ud) sedang duduk bertasbih. Beliau berkata, “Apa yang menghalangi kalian untuk masuk sementara telah diizinkan kepada kamu?” Kami berkata, “Tidak ada, hanya saja kami mengira sebagian penghuni rumah masih tidur.” Beliau berkata, “Kamu menduga keluarga Ibnu Ummi Abdin lalai?” (Maksudnya, dirinya sendiri, karena ibu Ibnu Mas’ud adalah Ummu Abdin Al-Hudzaliyah radhiyallahu ‘anha). Abu Wa’il berkata, “Lalu beliau meneruskan bertasbih. Hingga ketika dia menduga matahari telah terbit maka beliau berkata, ‘Wahai perempuan, lihatlah apakah matahari telah terbit?’ Perempuan itu melihat dan temyata matahari belum terbit. Maka beliau kembali melanjutkan bertasbih. Hingga ketika dia mengira matahari telah terbit maka beliau berkata, ‘Wahai perempuan, lihatlah apakah matahari telah terbit?’ Perempuan itu melihat dan temyata matahari telah terbit. Maka beliau berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang telah memaafkan kita hari ini dan tidak membinasakan kita dengan sebab dosa-dosa kita.’”

Sebetulnya hadist diatas hendak memberitahukan kepada orang yang mencermati akan gambaran jelas dan petunjuk yang terang akan kehidupan yang penuh kesungguhan, semangat yang tinggi, dan pemanfaatan waktu yang sangat di kalangan ulama terdahulu. Terutama sekali para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Disertai pemahaman mereka tentang waktu-waktu, pengetahuan mengenai kadar-kadarnya, serta yang lebih utama darinya, dan memberikan setiap pemilik hak akan haknya.

Bacaan Lainnya

Waktu di mana Abu Wa’il dan para sahabatnya menemui Ibnu Mas’ud adalah waktu yang mengandung berkah dan sangatlah berharga. la adalah waktu dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kesungguhan, kegiatan, dan semangat dalam kebaikan. Hanya saja banyak di antara manusia mengabaikannya dan melalaikannya serta tidak mengetahui baginya martabat dan kedudukannya.

bahkan terkadang ada dari mereka yang dengan sengaja menyia-nyiakannya dengan melakukan tidur, bermalas-malasan dan kurang semangat atau malah hanya menyibukkan dengan urusan-urusan yang remeh-temeh. Padahal telah kita ketahui bersama bahwa awal hari menempati posisi masa mudanya, dan akhirnya menempati posisi masa tuanya. Barang siapa pada masa muda terbiasa dengan sesuatu niscaya dia akan terbiasa dengannya hingga beruban.

Oleh karena itu, apa yang berlaku atas seseorang di pagi hari dan awalnya, niscaya akan berlangsung terus atasnya di sisa harinya. Jika giat maka akan terus giat, bila malas niscaya akan terus malas. Barang siapa memegang kendali hari (yaitu awalnya), maka akan selamat baginya harinya seluruhnya dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan diberi pertolongan untuk mendapatkan kebaikan, serta diberkahi untuknya padanya. Dalam pribahasa dikatakan, “Harimu seperti untamu. Jika engkau memegang awalnya, niscaya akhirnya akan mengikutimu.” Makna ini diambil dari atsar Ibnu Mas’ud terdahulu, di mana ketika telah terealisasi bagi beliau radhiyallahu ‘anhu pemanfaatan awal hari itu dengan dzikir maka beliau berkata, “Segala puji bagi Allah yang memaafkan kita hari ini dan tidak membinasakan kita dengan sebab dosa-dosa kita.”

Bahkan memelihara dzikir pada waktu ini memberikan kepada orang yang berdzikir berupa tekad, kekuatan, dan semangat, pada sepanjang hari itu. Ibnu Al-Qayyim rahimahullah berkata, “Suatu kali aku menghadiri Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah shalat shubuh. Kemudlah beliau duduk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga mendekati tengah hari. Kemudian beliau menoleh kepadaku dan berkata, ‘Inilah sarapanku, sekiranya aku tidak mengkonsumsi nutrisi ini, niscaya hancur kekuatanku,’ atau perkataan yang mirip dengan itu.”

Mengenai hal ini, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa kepada Allah SWT agar memberkahi umatnya di waktu pagi. Dari Shakhr bin Wada’ah Al-Ghamidi radhiyallahu ‘anhu yang kemudia hadist ini diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi, Ad-Darimi, dan selain mereka, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Ya Allah, berkahilah untuk umatku di pagi hari mereka.”

Dengan demikian jelaslah nilai waktu yang penuh berkah ini dan keagungan manfaatnya. Bahwa ia adalah waktu kesungguhan dan semangat, waktu dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, waktu turunnya rizki-rizki, waktu terjadinya pembagian rizki, dan waktu datangnya keberkahan. Adapun para ulama salaf memiliki kebiasaan yang agung dengan waktu ini. Hal itu karena mereka telah mengetahui urgensi dan nilainya. Adapun selain mereka memiliki kebiasaan lain pula terhadap waktu tersebut.

Maka tiadalah tempat meminta pertolongan dan ampunan selain hanya kepadanya. Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan. Semoga kita selalu dalam lindungan dan bimbingannya sehingga kita dapat menjadi pribadi muslim yang baik dan terus baik. Amiin.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *