Buletin Islam | Salah satu bulan yang menyimpan kenangn dalam islam adalah bulan dzul hijjah.
Di bulan itu, bapak agama, Ibrahim as, mempertaruhkan putranya demi mimpi yang ia dapatkan dari Allah SWT. 3 malam lamanya ia terus didatangi dengan mimpi yang sama, menyembelih putra tunggalnya.
Dari perjalanan itu, ada banyk hikmah yang bisa kita dapat. Mulai dari bagaimana seharusnya kita menyikapi sebuah mimpi, bagaimana tindakan yang seharusnya dilakukan oleh hamba dan lain sebagainya.
Karean bulan Dzul Hijah adalah bulan yang penuh kenangn dan tidak semua orang dapat mengetahuinya maka alangkah baikny bilsa kita juga mengumumkan tetang hikmah-hikmah yang dapat kita petik dari bulan Dzul Hijjah.
Berikut adalah Naskah Khutbah Jumat; Cerita Dzul Hijjah Dan Hikmah-Hikmah Yang Ada Di Dalamnya:
Khutbah Pertama
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ ِللهِ الْغَنِيِّ الْحَمِيْدِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ عَلٰى مَا اَوْلاَهُ مِنَ اْلإِنْعَامِ وَاْلإِكْرَامِ وَالتَّشْدِيْدِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلَى اْلاِيْمَانِ والتَّوْحِيْدِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ مِنْ صَالِحِ الْعَبِيْدِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا اَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمُ عِيْدِ اْلاَضْحٰى. اِبْتَلَى اللهُ فِيْهِ خَلِيْلَهُ اِبْرَاهِيْمَ. كَمَا ذَكَرَهُ فِيْ كِتَابِهِ الْعَظِيْمِ : فَلَمَّا اَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِيْنِ وَنَادَيْنَهُ أَنْ يَآ اِبْرَاهِيْمَ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ. إِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلاَءُ الْمُبِيْنُ وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ.
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Marilah kita bertaqwa kepada Allah SWT. Taqwa bukan sekdar taqwa, melainkan taqwa dalam arti memelihara dari segala bentuk kemusyrikan dan kemunafikan dengan cara menta’ati semua yang diperintahkannya dan menjauhi semua yang dilarangnya.
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Di bulan Dzulhijjah ini, Kita mengenang momentum yang sangat sakral dalam kehidupan beragama, yaitu menjalankan ibadah haji di Baitullah.
Haji adalah ibadah yang diwajibkan bagi umat Islam yang telah memenuhi syarat istitho’ah pada dasarnya memiliki hikmah yang sangat besar, tidak hanya sekedar melakukan rukun-rukun haji, sunnah-sunnah haji, wajib-wajib haji saja, tetapi haji benar-benar dimaknai dan diambil hikmahnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam pelaksanaan ibadah haji banyak sekali dijumpai kegiatan-kegiatan ritual seperti memakai pakaian ihram, thawaf, sa’i, ada Ka’bah, Hijir Ismail dan banyak lagi yang lainnya, semuanya itu mempunyai makna yang patut diteladani.
Memakai pakaian Ihram misalnya, dua lembar pakaian yang membungkus tubuh jamaah haji sebenarnya merupakan suatu gambaran bahwa manusia itu sama di hadapan Allah. Allah tidak memandang manusia dari sisi manapun dan juga tidak membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lain.
Thawaf, dalam haji, adalah penggambaran dimana seorang hamba larut dan meleburnya manusia dalam hadirat Allah SWT. Sehingga manusia bersungguh-sungguh mampu menjadikan hatinya bersama Allah, segala sesuatunya diserahkan penuh kepada Allah, tidak ada lagi yang dimintai pertolongan dan perlindungan kecuali hanya Allah.
Sa’i, ini menggambarkan bagaimana susahnya Hajar mencari air untuk putra tercintanya Ismail, dia mulai usaha jerih payahnya dengan berlari-lari dari bukit Shafa ke bukit Marwa hingga akhirnya menemukan sumur Zam-zam. Hikmahnya adalah, berusaha dengan semaksimal mungkin tanpa putus asa namun juga disertai dengan ikhtiar dan do’a.
Ada peristiwa lagi dalam pelaksanaan ibadah haji, yaitu Wukuf. Wukuf adalah prosesi dimana mengumpulnya seluruh jamaah haji di padang Arafah Di tengah teriknya panas matahari mereka seharusnya menemukan ma’rifat, pengetahuan tentang dirinya dan perjalanan hidupnya. Di sinilah manusia dituntut untuk selalu berinstropeksi diri, sudahkah kita menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya, sudah berapa banyakkah dosa-dosa yang telah kita lakukan, sudah cukupkah bekal kita jika sewaktu-waktu dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa.
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Dalam momentum Idul Adha kaitannya dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini, Idul Adha insya Allah akan memberikan nuansa segar dan pencerahan suasana. Disyari’atkannya menyembelih binatang kurban pada hari raya Idul Adha dan hari Tasyrik mempunyai makna yang amat penting. Hal ini bermula dari kisah Nabi Ibrahim AS. dalam menjalankan perintah Allah dengan mengorbankan segala yang dimilikinya terutama putra tercintanya Ismail AS.
Melalui mimpi, Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih anaknya sendiri. Ismail yang begitu dicintainya. Tatkala Ibrahim AS menceritakan mimpinya kepada Ismail AS, Ismail AS menjawab dengan jawaban yang luar biasa.
قَالَ يَآ أَبَتِ أَفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِى إِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِيْنَ.
“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, InsyaAllah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. As-Shaaffaat:102)
Jawaban yang memberitahu kita seberapa besar ketaatan Ismail kepada Allah.
Maka ketika Ibrahim mulai melaksanakan apa yang diperintahkan Allah melalui mimpinya, maka pada saat itulah Allah menebus Ismail dengan seekor sembelihan yang besar. Peristiwa inilah yang menjadi dasar disyariatkannya qurban yang dilakukan pada hari raya haji.
Menyembelih kurban selain bisa menambah kesalihan personal juga bisa menambah kesalihan sosial. Kesalehan personal yang dimaksud tidak lain adalah meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaannya sehingga hablum minallah terjalin dengan baik, sedangkan kesalihan sosial yang dimaksud adalah terwujudnya kepedulian terhadap sesama untuk membantu dan menolong para dluafa’, fakir miskin, yatim piatu dan mereka yang tidak mampu.
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Lebih daripada itu tentunya untuk mewujudkan nilai-nilai kesalihan sosial, qurban ini harus diimplementasikan pada seluruh aspek kehidupan. Dalam bidang politik misalnya, seorang pemimpin harus berani mengorbankan ambisi sesaatnya dalam kekuasaan. Seharusnya para pemimpin bangsa ini bisa mengayomi rakyatnya, meningkatkan kesejahteraannya dan melindungi hak-haknya, ibarat atap rumah, pemimpin harus rela berkorban kepanasan, kehujanan dan kedinginan dengan harapan yang di bawah merasa aman dan nyaman.
Dalam bidang ekonomi, seharusnya para ekonom berani mengorbankan pengetahuan dan waktunya untuk memikirkan recoveri ekonomi bangsa, mereka harus memikirkan betul-betul agar rakyat kecil bisa meringankan bebannya yang semakin hari semakin berat. Begitu juga mereka yang terjun dalam dunia pendidikan, harus berani mengorbankan pikirannya untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi.
وَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالٰى يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِى الْمُهْتَدُوْنَ. وَاِذَا قُرِءَ الْقُرْآٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهُ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. “وَالْعَصْرِ. إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَفِى خُسْرٍ. اِلاَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ”.
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآٰنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
لْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. إنَّ اللهَ وملائكتَهُ يصلُّونَ على النبِيِّ يَا أيُّهَا الذينَ ءامَنوا صَلُّوا عليهِ وسَلّموا تَسْليمًا
اللّـهُمَّ صَلّ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا صلّيتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيم وبارِكْ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا بارَكْتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيمَ إنّكَ حميدٌ مجيدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا
Demikianlah Naskah Khutbah Jumat; Cerita Dzul Hijjah Dan Hikmah-Hikmah Yang Ada Di Dalamnya yang dapat kami sampaikan.
Selain naskah khutbah diatas, ada lagi Amalan-Amalan Bulan Dzulhijjah yang bisa saudara amalkan.
Semoga apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat dan semoga kita bisa meneladani apa yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim di atas. Amiin.