Seperti yang telah banyak diketahui oleh masyarakat pada umumnya bahwa menjawab adzan adalah hal yang dianjurkan dalam kehidupan beragama.
Namun ada sebagian kalangan kritis yang mempertanyakan tentang bagaimanakan hukum menjawab adzan ketika sedang membuang hajat? Apakah masih sunah-kah? Atau tidak?
Ternyata, setelah kita telusuri bahwa hal tersebut tidaklah berlaku bagi mereka yang sedang buang hajat. Sebab hal tersebut adalah keadaan dimana seorang manusia tidak pantas untuk mengucapkan dzikir-dzikir atau doa-doa yang telah ada. Sehingga hal tersebut dihukumi makruh. Kemakruhan bagi orang yang sedang buang hajat tidak hanya berlaku pada menjawab adzan, tapi juga pada semua anjuran yang terkandung nilai dzikir di dalamnya. Seperti menjawab salam, mengucapkan hamdalah bagi orang yang bersin, dan kesunnahan lainnya. Hal ini ditegaskan dalam kitab al-Adzkar an-Nawawiyah:
ـ (باب النهي عن الذكر والكلام على الخلاء) يكره الذكر والكلام حال قضاء الحاجة، سواء كان في الصحراء أو في البنيان، وسواء في ذلك جميع الأذكار والكلام، إلا كلام الضرورة حتى قال بعض أصحابنا : إذا عطس لا يحمد الله تعالى، ولا يشمت عاطسا، ولا يرد السلام، ولا يجيب المؤذن، ويكون المسلم مقصرا لا يستحق جوابا، والكلام بهذا كله مكروه كراهة تنزيه، ولا يحرم، فإن عطس فحمد الله تعالى بقلبه ولم يحرك لسانه فلا بأس، وكذلك يفعل حال الجماع
“Bab tentang larangan berdzikir dan berbicara saat berada di jamban (toilet). Berdzikir dan berbicara dimakruhkan ketika sedang buang hajat, baik buang hajat dilakukan di tempat terbuka atau di ruangan. Kemakruhan tersebut berlaku pada semua jenis dzikir dan pembicaraan kecuali perkataan yang bersifat darurat. Bahkan sebagian ashab (ulama Syafi’iyah) berpandangan bahwa ketika (di jamban) bersin maka tidak dianjurkan mengucapkan hamdalah dan tidak pula dianjurkan mengucapkan tasymith (ucapan Yarhamukallâh), tidak dianjurkan menjawab adzan ketika adzan sedang berkumandang dan orang yang mengucapkan salam dengan lalai tidak berhak untuk dijawab, dan mengucapkan ucapan pada semua keadaan di atas adalah dihukumi makruh tanzih, tidak sampai dihukumi haram. Ketika seseorang bersin lalu ia mengucapkan hamdalah dalam hatinya tanpa menggerakkan lisannya maka hal ini tidak dipermasalahkan, hal tersebut juga dapat dilakukan ketika dalam keadaan bersetubuh.” (Syekh Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-Adzkar an-Nawawiyah, juz I, hal. 51)
Demikanlah Hukum menjawab Adzan Ketika Sedang Membuang Hajat yang dapat kami sampaikan. Semoga apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat. Amiin.