4 Nilai Sosial Yang Terkandung Dalam Puasa Ramadhan

BulerinIslam.com | Melaksanakan puasa seatinya bukan hanya bentuk hubungan antara manusia dengan tuhannya, di dalamnya terdapat sisi nilai sosial yang kerap kali tidak disadari oleh yang melakukannya.
Nilai Sosial Yang Terkandung Dalam Puasa Ramadhan
Memang jika ditinjau dari literatur fikih, Puasa secara bahasa berari “al-Imsaak” atau menahan diri, sementara menurut istilah, berarti menahan diri dari segala hal yang dapat menyebabkan batalnya puasa, dimulai dari terbitnya fajar shadiq di arah timur, hingga terbenamnya matahri di arah barat, mulai dari makan, minum dan lain sebagainya.
Sementara jika ditelisik lebih jauh lagi, Syariat Islam secara keseluruhan tentunya memiliki tujuan-tujuan kebaikan untuk hambanya, hal ini biasa diistilahkan dengan “Maqashid Syari’ah“.
Nilai-nilai kebaikan / Mashlahah tersebut pastinya senantiasa terkandung disetiap ajaran-ajaran dalam agama, sesuai dengan prinsipnya, sebagai “Rahmatan Lil ‘Alamin” atau bentuk kasih sayang bagi segenap alam.
Tidak terkecuali  ibadah puasa Ramadan, jika diperhatikan dengan seksama, dalam pelaksanaannya ada nilai-nilai sosial yang terkandung. Apa sajakah itu?

Kandungan Nilai Sosial Dalam Ibadah Puasa Ramadhan

Melihat pelaksanaan puasa secara lahiriyah, memang sulit mendapati nilai sosial yang terkandung di dalamnya, namun jika diperhatikan lebih detail, setidaknya ada empat nilai sosial yang bisa dipetik.

#1 Menumbuhkan Rasa Empati

Puasa yang dilaksanakan selama Ramdhan, sejatinya bukan hanya upaya melaksanakan kewajiban saja, namun tentu diharapkan adanya penghayatan bagi yang menjalankan.
Seyogyanya, saat menjalankan puasa sehari penuh, seorang hamba sambil lalu memikirkan masyarakat sekitar, yakni orang-orang miskin yang sebelum bulan puasa tiba, mereka sudah terbiasa kelaparan, dan kesulitan mendapatkan makanan.
Dengan menghayati kondisi sosial sekitar, maka diharapkan tumbuhnya rasa empati kepada sesama, khususnya masyarakat yang membutuhkan.
Oleh sebab itu, Syariat mewajibkan umat Islam untuk mengeluarkan zakat fitrah saat bulan Ramadhan tiba. Tentu dengan harapan, rasa empati itu semakin tumbuh.

#2 Menumbuhkan Gotong Royong

Selain sikap yang pertama, Puasa juga diharapkan menumbuhkan rasa gotong royong antar sesama, dengan saling membantu antar sesama.

Yang kaya dengan suka rela membantu yang miskin, dan yang miskin tidak segan-segan membantu yang kaya sesuai dengan kemampuan.

Bacaan Lainnya

Sikap gotong royong ini juga tidak terbatas pada satu etnis, atau satu agama, sebab kehidupan sosial bukan ranah ibadah, melaikan ranah mu’amalah, yang mana didalamnya terbentuk kondisi sosial antar sesama manusia.

#3 Memperbaiki Kesalehan Pribadi

Saat nilai pertama dan kedua dapat diraih, maka sebenarnya orang yang berpuasa telah berhasil memperbaiki pribadi yang lebih saleh.
Sebab agama sebenarnya memang tidak hanya mengajarkan hubungan antara manusia dengan Allah swt. namun juga mendidik mereka agar menjadi pribadi yang baik antar sesama makhluk.

#4 Menumbuhkan Sikap Disiplin

Jika di hari-hari biasa masih terbiasa telat dalam bekerja, telat dalam beribadah, maka dengan hadrinya Puasa Ramadhan, diharapkan dapat menumbuhkan sifat disiplin dalam beraktifitas.
Sebab dalam puasa sendiri, seorang hamba diajarkan untuk disiplin menjaga waktu, mulai waktu berbuka puasa, waktu bangun untuk sahur dan tidak telat mengeluarkan zakat.
Dari keempat dimensi sosial yang terkandung dalam ibadah puasa Ramadhan, diharapkan dapat diperoleh bagi yang dengan ikhlash berpuasa. Semoga kita semua dapat meraihnya, sehingga ibadah puasa kita semakin berkah dari tahun ketahun.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *