Khutbah Jumat; Mengimani Kitab-Kitab Allah

Teks dan Naskah Khutbah Jumah

Buletin Islam | Salah satu dari sekian rukun iman yang harus diimani oleh seorang muslim adalah mengimani akan kitab-kitab yang telah diturunkan oleh-Nya.

Hal itu penting untuk diperhatikan karena layaknya bangunan, apabila fondasinya tak kuat maka bangunannyapun akan tak kuat juga.

Bacaan Lainnya

karena tak semua dapat merasakan bangku sekolah karena alasan ekonomi dan semua dapat merasakan ketenangan jumat dimasjid maka kami merasa perlu untuk bisa menuliskan Khutbah Jumat yang berjudul Mengimani Kitab-Kitab Allah sebagaimana berikut:

Khutbah Pertama

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّـدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّـدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّيْ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِيْ كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا (النساء: ١٣٦)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Mengawali khutbah siang hari yang insyaallah penuh dengan keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua, saya dan anda, untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala dengan senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan. Hadirin jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia, dalam Isyaratularam, Al-Bayadhi mengatakan yang artinya:

“Para guru kami–semoga Allah merahmati mereka–mengatakan: Mengajarkan hal-hal penting tentang keimanan kepada masyarakat dan menjelaskan mengenai ajaran-ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah adalah termasuk perkara yang paling penting.”

Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan tema tentang salah satu fondasi iman yang harus kita kuatkan, yaitu beriman kepada kitab-kitab Allah.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Allah ta’ala menurunkan beberapa kitab dan shuhuf (lembaran-lembaran) yang berisi nasihat, hikmah, penjelasan syariat dan hukum. Semua kitab dan shuhuf itu menyeru kepada Islam dan mengajak umat manusia agar tidak terbujuk oleh tipu daya dunia serta mengajak mereka agar mencari bekal untuk kehidupan akhirat. Kitab-kitab dan shuhuf yang diturunkan kepada beberapa nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad, semuanya memberi kabar gembira akan munculnya nabi akhir zaman, yakni Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Jumlah seluruh kitab dan shuhuf yang Allah turunkan sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahih Ibn Hibban ada 104, yaitu 30 shuhuf kepada Nabi Idris, 50 shuhuf diturunkan kepada Nabi Syith, 10 shuhuf kepada Nabi Ibrahim, 10 shuhuf kepada Nabi Musa selain Taurat, kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Zabur kepada Nabi Dawud, Injil kepada Nabi ‘Isa dan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan dari sekian banyak yang ada, hanya 4 yang paling masyhur. Yaitu Taurat (yang asli) dalam bahasa Ibrani, Zabur (yang asli) dalam bahasa Ibrani, Injil (yang asli) dalam bahasa Suryani dan Al-Qur’an dalam bahasa Arab.

Dari sekian banyak kitab, Al-Qur’an adalah yang paling utama yang kemurniannya dijaga oleh Allah langsung. Selain kitab Taurat, Injil dan Al-Qur’an hanya berisi nasihat dan hikmah dan tidak memuat penjelasan tentang halal-haram. Adapun ketiga kitab tersebut di samping berisi nasihat dan hikmah, juga memuat penjelasan tentang syariat dan hukum. Di antara yang termuat dalam shuhuf Nabi Ibrahim, ada nasihat yang berbunyi sebagaimana berikut:

علَى العَاقِلِ مَا لَمْ يَكُنْ مَغْلُوبًا عَلَى عَقْلِه أَنْ تَكُوْنَ لَهُ أَرْبَعُ سَاعاَتٍ، سَاعَةٌ يُنَاجِي فِيْهَا ربَّهُ، وسَاعَةٌ يُحاسِبُ فِيْهَا نَفْسَهُ، وسَاعَةٌ يَتَفَكَّرُ فِيْهَا فِي صُنْعِ اللهِ، وسَاعَةٌ يَخْلُو فِيْهَا لِمَطْعَمِهِ ومَشْرَبِهِ

Artinya: “Bagi orang yang berakal, selama ia menggunakan akal sehatnya, hendaklah memiliki empat waktu: satu waktu untuk bermunajat (ibadah) kepada Tuhannya, satu waktu untuk bermuhasabah (introspeksi), satu waktu untuk merenungkan ciptaan Allah, dan satu waktu untuk makan dan minum” (HR Ibnu Hibban). Dan di antara yang ada di shuhuf Nabi Musa adalah sebagai

عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْمَوْتِ ثُمَّ هُوَ يَفْرَحُ، عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالنَّارِ ثُمَّ هُوَ يَضْحَكُ، عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْقَدَرِ ثُمَّ هُوَ يَنْصَبُ، عَجِبْتُ لِمَنْ رَأَى الدُّنْيَا وَتَقَلُّبَهَا ثُمَّ اطْمَأَنَّ إِلَيْهَا، عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْحِسَابِ غَذًا ثُمَّ هُوَ لَا يَعْمَلُ

Artinya: “Aku heran dengan orang yang meyakini adanya kematian kemudian ia bergembira, aku heran dengan orang yang meyakini adanya api neraka lalu ia tertawa, aku heran dengan orang yang meyakini taqdir lalu ia berletih-letih, aku heran dengan orang yang melihat dunia dan pergolakannya lalu ia merasa tenang dengannya, dan aku heran dengan orang yang meyakini adanya perhitungan di akhirat kemudian ia tidak beramal” (HR Ibnu Hibban).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Sebagaimana telah disepakati oleh para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah bahwa sifat kalam Allah tidaklah dapat dibayangkan, bukan berupa suara, bahasa, dan huruf. Sedangkan kitab-kitab dan shuhuf yang diturunkan oleh Allah kepada para nabi melalui malaikat Jibril adalah ungkapan mengenai sifat kalam Allah yang azali dan abadi, yang bukan berupa suara, bahasa dan huruf.

Sebagai sebuah pendekatan untuk memahami penjelasan di atas bahwa lafazh Allah adalah ungkapan tentang Dzat Allah yang azali dan abadi. Apabila kita katakan: kita menyembah Allah, maka Dzat Allah-lah yang dimaksud. Sedangkan ketika kita menulis lafazh “Allah” di papan tulis, lalu kita katakan: Ini adalah Allah, maka yang kita maksud bukanlah bahwa rangkaian huruf yang tertulis itu adalah Dzat Allah. Makna yang keliru ini tidak akan dipahami oleh siapa pun. Makna yang dipahami dari perkataan tersebut tiada lain bahwa huruf-huruf tersebut merupakan ungkapan tentang Dzat Allah, Sang Pencipta segala sesuatu, satu-satunya Tuhan yang wajib dan berhak disembah. Begitu pula Al-Qur’an dan kitab-kitab yang lain, yang tertulis dengan huruf dan bahasa, serta berupa suara jika dibaca. Al-Qur’an dan kitab-kitab tersebut disebut kalam Allah adalah dalam arti ungkapan mengenai kalam Allah yang merupakan sifat bagi Dzat-Nya, yang bukan berupa suara, bahasa, dan huruf. Al-Qur’an dan kitab-kitab tersebut bukanlah karangan malaikat dan para nabi. Imam Abu Hanifah, salah seorang ulama salaf terkemuka menegaskan

وَيَتَكَلَّمُ لَا كَكَلَامِنَا، نَحْنُ نَتَكَلَّمُ بِالْآلَاتِ مِنَ الْمَخَارِجِ وَالْحُرُوْفِ وَاللهُ مُتَكَلِّمٌ بِلَا ءَالَةٍ وَلَا حَرْفٍ

“Allah berkalam tidak seperti kalam kita. Kita berbicara dengan alat-alat (organ-organ pembicaraan) dan huruf-huruf, sedangkan Allah berkalam tanpa alat dan tanpa huruf.” Hadirin yang dirahmati Allah, Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan semakin mengukuhkan keimanan kita. Amin

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

*

Demikianlah Khutbah Jumat; Mengimani Kitab-Kitab Allah yang dapat kami sampaikan. Semoga apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat. Amiin.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *