Masdalina Pane, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) memprediksi bahwa, di tengah pandemi Covid-19, fasilitas kesehatan Indonesia akan kolaps dalam waktu dekat.
Menurutnya, prediksi ini bisa saja terjadi apabila pemerintah tak lekas melakukan pengendalian dengan tepat terhadap pandemi virus corona yang terus mengalami lonjakan kasus dalam beberapa pekan terakhir.
Ia menyebutkan bahwa pengendalian segera itu adalah strategi penanganan Covid-19 di hulu, yakni upaya tes, telusur, dan tindak lanjut (3T) serta akselerasi program vaksinasi nasional.
“Jika tak ada containment, tidak ada pengendalian yang tepat dan cepat, saya bisa katakan dua minggu sampai satu bulan lagi kita sudah akan kolaps,” kata Masdalina dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube BNPB Indonesia, Kamis (17/6).
Selain hal yang telah disebutkan diatas tadi, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia itu juga mengungkapkan bahwa solusi lonjakan kasus Covid-19 ini sejatinya tidak lagi di hilir, seperti penambahan kapasitas tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19.
Pada akhirnya, katanya, fasilitas kesehatan tidak akan pernah mampu menampung lonjakan pasien Covid-19 yang berpotensi terus bertambah.
Ia pun mendesak pemerintah agar memperkuat program telusur. Dengan menelusuri kontak pasien Covid-19, maka hasil yang diharapkan adalah masyarakat terjaring sebanyak-banyaknya dengan tanpa gejala hingga gejala ringan.
Selanjutnya kelompok orang itu bisa langsung menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing dengan pengawasan satgas desa yang terbentuk dalam posko Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro.
“Pemerintah harus bisa menggenjot vaksinasi agar sesuai dengan target, dan tracing. Hanya dengan itu menurut pandangan saya,” kata dia.
Lebih lanjut, Masdalina menyebut lonjakan kasus virus corona dalam dua pekan belakangan ini memang merupakan dampak dari libur panjang Idulfitri 1442 Hijriah. Namun begitu, masyarakat menurutnya juga punya kontribusi di dalamnya.
Mulai dari beberapa warga yang masih ‘nakal’ pulang kampung sebelum larangan mudik, kepatuhan memakai masker merosot, hingga warga yang tak peduli dengan aturan jaga jarak saat bertemu keluarga atau teman.
Masdalina memahami bahwa masyarakat mulai terjangkiti pandemic fatigue alias kondisi psikis masyarakat yang lelah akan ketidakpastian kapan pandemi berakhir. Mereka mulai tidak mematuhi protokol kesehatan (prokes) pencegahan penyebaran virus corona.
Namun demikian, ia tetap meminta masyarakat mematuhi betul prokes 3M yang meliputi memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Sebelumnya, Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan juga menyebut bahwa pihaknya telah menyiapkan cadangan tempat tidur guna mengantisipasi krisis akibat lonjakan kasus pascalebaran.
“Dari awal pandemi 3.500 bed isolasi, sekarang sudah kita tambah jadi 78.000. Saat ini terpakai 25.000. Kita masih ada buffer 53.000 bed (200%+). Semoga lonjakan kasus tidak setinggi ini.” twitnya dalam akun twiter pribadinya.
Masdalina Pane, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) memprediksi bahwa, di tengah pandemi Covid-19, fasilitas kesehatan Indonesia akan kolaps dalam waktu dekat.
Menurutnya, prediksi ini bisa saja terjadi apabila pemerintah tak lekas melakukan pengendalian dengan tepat terhadap pandemi virus corona yang terus mengalami lonjakan kasus dalam beberapa pekan terakhir.
Ia menyebutkan bahwa pengendalian segera itu adalah strategi penanganan Covid-19 di hulu, yakni upaya tes, telusur, dan tindak lanjut (3T) serta akselerasi program vaksinasi nasional.
“Jika tak ada containment, tidak ada pengendalian yang tepat dan cepat, saya bisa katakan dua minggu sampai satu bulan lagi kita sudah akan kolaps,” kata Masdalina dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube BNPB Indonesia, Kamis (17/6).
Selain hal yang telah disebutkan diatas tadi, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia itu juga mengungkapkan bahwa solusi lonjakan kasus Covid-19 ini sejatinya tidak lagi di hilir, seperti penambahan kapasitas tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19.
Pada akhirnya, katanya, fasilitas kesehatan tidak akan pernah mampu menampung lonjakan pasien Covid-19 yang berpotensi terus bertambah.
Ia pun mendesak pemerintah agar memperkuat program telusur. Dengan menelusuri kontak pasien Covid-19, maka hasil yang diharapkan adalah masyarakat terjaring sebanyak-banyaknya dengan tanpa gejala hingga gejala ringan.
Selanjutnya kelompok orang itu bisa langsung menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing dengan pengawasan satgas desa yang terbentuk dalam posko Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro.
“Pemerintah harus bisa menggenjot vaksinasi agar sesuai dengan target, dan tracing. Hanya dengan itu menurut pandangan saya,” kata dia.
Lebih lanjut, Masdalina menyebut lonjakan kasus virus corona dalam dua pekan belakangan ini memang merupakan dampak dari libur panjang Idulfitri 1442 Hijriah. Namun begitu, masyarakat menurutnya juga punya kontribusi di dalamnya.
Mulai dari beberapa warga yang masih ‘nakal’ pulang kampung sebelum larangan mudik, kepatuhan memakai masker merosot, hingga warga yang tak peduli dengan aturan jaga jarak saat bertemu keluarga atau teman.
Masdalina memahami bahwa masyarakat mulai terjangkiti pandemic fatigue alias kondisi psikis masyarakat yang lelah akan ketidakpastian kapan pandemi berakhir. Mereka mulai tidak mematuhi protokol kesehatan (prokes) pencegahan penyebaran virus corona.
Namun demikian, ia tetap meminta masyarakat mematuhi betul prokes 3M yang meliputi memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Sebelumnya, Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan juga menyebut bahwa pihaknya telah menyiapkan cadangan tempat tidur guna mengantisipasi krisis akibat lonjakan kasus pascalebaran.
“Dari awal pandemi 3.500 bed isolasi, sekarang sudah kita tambah jadi 78.000. Saat ini terpakai 25.000. Kita masih ada buffer 53.000 bed (200%+). Semoga lonjakan kasus yang terjadi tidak setinggi ini.” twitnya dalam akun twiter pribadinya.