Pendidikan dan Pembelajaran Pesantren di Masa COVID-19; Antara Tantangan dan Kontribusi

Berita Pembelajaran Masa Pandemi Terkini

Abdurrohim1

Pandemi COVID-19 telah berdampak besar terhadap berbagai sektor kehidupan, terutama pendidikan. Semua lembaga pendidikan, dari sekolah umum hingga pesantren, menghadapi perubahan drastis dalam cara mereka beroperasi dan memberikan pengajaran. Pesantren, sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, berperan tidak hanya dalam menyampaikan ilmu agama tetapi juga dalam membentuk karakter dan etika para santri melalui interaksi langsung. Namun, dengan adanya pandemi, sistem pendidikan di pesantren terganggu secara signifikan.

Bacaan Lainnya

Teori pendidikan Islam mengedepankan pendidikan integral, di mana ilmu pengetahuan diimbangi dengan pendidikan moral dan spiritual. Pesantren mengimplementasikan konsep ini dengan menggunakan sistem asrama yang memungkinkan kyai dan ustaz memantau perkembangan santri secara langsung.

Pendekatan ini bersifat holistik, melibatkan semua aspek kehidupan santri—mulai dari pengajaran ilmu-ilmu agama hingga pengembangan karakter melalui keteladanan sehari-hari. Menurut teori pendidikan konstruktivis, pembelajaran yang efektif tidak hanya didasarkan pada penyampaian informasi, tetapi juga pada pembentukan pengalaman yang memungkinkan peserta didik membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain (Piaget, 1971). Dengan kata lain, pesantren menciptakan lingkungan yang memungkinkan pembelajaran tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga dalam keseharian kehidupan santri.

Namun, pandemi COVID-19 mengharuskan perubahan drastis dalam pola interaksi ini, yang pada gilirannya menimbulkan tantangan besar. Artikel ini akan mengkaji tantangan pendidikan pesantren selama pandemi COVID-19 dengan menggunakan teori pendidikan sebagai kerangka kerja dan kemudian akan menganalisis bagaimana pesantren dapat merespons perubahan tersebut secara efektif.

Pesantren dan Covid-19

Pembatasan Fisik dan Pengajaran Berbasis Asrama

Salah satu ciri khas pesantren adalah pola pendidikan berbasis asrama, di mana santri tinggal di lingkungan yang sama dan menjalani kehidupan sehari-hari bersama. Konsep ini memungkinkan interaksi intens antara santri dan pengajar, yang menciptakan pembelajaran tidak hanya di kelas tetapi juga melalui kegiatan ibadah bersama, kerja sama dalam kehidupan sehari-hari, dan disiplin kolektif. Pandemi COVID-19 menghadirkan tantangan bagi model pendidikan ini. Pembatasan fisik dan protokol kesehatan yang ketat membuat pesantren harus menutup sementara asrama, atau setidaknya membatasi aktivitas kolektif yang menjadi inti dari pengalaman pendidikan pesantren. Hal ini berdampak langsung pada hilangnya salah satu aspek terpenting dari pendidikan pesantren, yaitu keteladanan dan disiplin yang dibentuk melalui kehidupan bersama.

Keterbatasan Infrastruktur Teknologi

Pembelajaran daring menjadi solusi umum di berbagai lembaga pendidikan selama pandemi. Namun, banyak pesantren menghadapi kesulitan dalam mengadopsi teknologi ini. Infrastruktur teknologi di pesantren, terutama di daerah pedesaan, sering kali terbatas. Tidak semua pesantren memiliki akses internet yang stabil atau perangkat digital yang memadai untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Hal ini berdampak pada kualitas pembelajaran dan menimbulkan kesenjangan dalam akses pendidikan, terutama bagi santri yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi.

Selain itu, banyak pesantren yang belum memiliki kapasitas untuk melatih pengajar dalam menggunakan teknologi untuk pendidikan daring. Pembelajaran berbasis teknologi membutuhkan keterampilan khusus dalam penggunaan platform digital dan metode pengajaran interaktif yang berbeda dengan model tatap muka. Kurangnya pelatihan bagi guru dan ustaz dalam memanfaatkan teknologi menjadi tantangan besar dalam memastikan efektivitas pembelajaran di masa pandemi.

Konsep Pendidikan Holistik yang Terganggu

Pesantren bukan hanya tempat untuk belajar ilmu agama; mereka juga berfungsi sebagai lembaga yang membentuk moral dan etika santri. Pendidikan karakter ini sering kali didapatkan melalui interaksi langsung dengan kyai dan ustaz, serta kehidupan berasrama yang penuh dengan nilai-nilai keagamaan. Ketika interaksi ini dibatasi, proses pendidikan karakter pun terganggu. Pembelajaran daring, meskipun bisa menyampaikan materi ajar, tidak dapat menggantikan nilai-nilai yang diperoleh melalui kehidupan bersama dan bimbingan langsung dari guru.

Adaptasi Pembelajaran Daring dan Kesiapan Sumber Daya Manusia

Pesantren yang selama ini mengandalkan metode pengajaran tradisional, di mana kyai dan ustaz menyampaikan pelajaran secara langsung, harus beradaptasi dengan cepat untuk mengadopsi model pembelajaran daring. Tantangan ini tidak hanya terkait dengan infrastruktur teknologi, tetapi juga dengan kesiapan mental dan keterampilan para pengajar. Banyak pengajar pesantren yang mungkin belum familiar dengan platform teknologi seperti Zoom, Google Meet, atau aplikasi belajar daring lainnya. Selain itu, metode pengajaran yang bersifat pasif (one-way communication) dalam ruang kelas fisik harus berubah menjadi lebih interaktif dalam dunia daring, yang membutuhkan perubahan paradigma.

Kontribusi Pesantren Di Masa Covid-19

Dari sudut pandang teori pendidikan, pandemi COVID-19 menuntut adanya transformasi pendidikan dari model tradisional ke digital. Model pembelajaran konstruktivis menunjukkan bahwa interaksi antara pelajar dan lingkungan adalah kunci pembelajaran yang efektif. Pesantren yang biasanya menggunakan pendekatan ini melalui kehidupan berasrama, kini harus menghadapi kesulitan dalam mempertahankan interaksi tersebut melalui pembelajaran daring.

Selain itu, teori pendidikan kritis menyarankan bahwa pendidikan harus selalu relevan dengan konteks sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh peserta didik. Dalam kasus pesantren, keterbatasan ekonomi sering kali menjadi penghambat bagi pengembangan pendidikan berbasis teknologi. Oleh karena itu, pesantren harus mampu mengadaptasi pendekatan pendidikan yang sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial santri mereka. Misalnya, solusi teknologi sederhana yang tidak memerlukan perangkat mahal atau koneksi internet cepat mungkin menjadi alternatif yang lebih cocok bagi banyak pesantren di daerah terpencil.

Lebih jauh lagi, model pendidikan holistik yang selama ini diterapkan di pesantren terancam oleh isolasi fisik yang mengurangi interaksi sosial yang menjadi esensi pendidikan pesantren. Pembelajaran daring cenderung bersifat individualis dan berisiko mengurangi semangat kebersamaan yang menjadi ciri khas pesantren. Oleh karena itu, pesantren perlu menemukan cara untuk menjaga semangat kolektif tersebut, misalnya dengan menciptakan kegiatan daring yang tetap mengedepankan kebersamaan dan kerja sama di antara santri.

Pesantren dan Merespon Tantangan

Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, pesantren memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam inovasi pendidikan selama pandemi. Beberapa pesantren telah berhasil mengembangkan metode pembelajaran daring yang unik dengan memanfaatkan media sosial, seperti WhatsApp, YouTube, dan platform lainnya yang lebih mudah diakses. Selain itu, pesantren juga dapat berperan sebagai pusat komunitas yang mendukung masyarakat sekitar dalam memahami pentingnya protokol kesehatan dan menjaga semangat keagamaan selama masa krisis ini.

Pesantren juga memiliki potensi untuk mengembangkan pendidikan karakter secara daring. Penggunaan video ceramah, kajian online, dan interaksi melalui aplikasi obrolan dapat membantu mempertahankan hubungan antara santri dan pengajar, meskipun secara virtual. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adaptasi yang tepat, pesantren masih dapat menjalankan fungsinya dalam membentuk karakter dan spiritualitas santri meskipun dalam keterbatasan fisik.

Kesimpulan

Pandemi COVID-19 telah menghadirkan tantangan besar bagi pesantren dalam menjalankan pendidikan dan pembelajaran. Tantangan-tantangan ini mencakup pembatasan fisik, keterbatasan teknologi, gangguan pada pembentukan karakter santri, serta kesiapan sumber daya manusia untuk beradaptasi dengan pembelajaran daring. Namun, dengan inovasi dan adaptasi yang tepat, pesantren dapat terus berperan sebagai lembaga pendidikan yang holistik dan relevan di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian. Pesantren perlu mengembangkan pendekatan baru yang tetap mempertahankan esensi pendidikan pesantren, yaitu pendidikan berbasis karakter, spiritualitas, dan kebersamaan, meskipun dalam bentuk digital.

1Penulis, adalah Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Al-Qolam Malang

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *