Duduk menjadi ketua umum MUI tentu bukan hal yang mudah. diperlukan kapabilitas ilmu yang tinggi dan mumpuni. K.H. Miftachul Akhyar yang lahir di Surabaya, 30 Juni 1953 adalah seorang ulama yang menduduki kursi itu, menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia periode 2020-2025. Ia ditetapkan sebagai Ketua Umum MUI dalam Musyawarah Nasional X MUI di Jakarta, Jumat 27 November 2020 dini hari. Sebelumnya, ia menjabat Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 2018-2020, yang ditetapkan oleh rapat pleno PBNU pada Sabtu, 22 September 2018 M., bertepatan dengan 12 Muharram 1440 H. Kyai Miftah menggantikan K.H. Ma’ruf Amin yang resmi mengundurkan diri dari posisi Rais Aam PBNU karena maju sebagai calon wakil presiden di Pilpres 2019.
Kyai Miftah menjadi Ketua umum MUI ke-8 sejak MUI Pusat terbentuk pada 1975. Dalam kalangan NU, nama Kyai Miftah juga bukanlah hal yang asing. Kyai Miftah diketahui sudah mengabdi di Nahdlatul Ulama sejak usia muda. Pria kelahiran Surabaya, 30 juni 1953 itu lahir dan besar di keluarga yang kuat keilmuan tentang NU.
Dirangkum dari laman resmi NU, Kyai Miftah diketahui merupakan putra Pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah, KH Abdul Ghoni, dan merupakan anak kesembilan dari 13 bersaudara.
Dalam rihlah ilmiahnya, Kyai Miftah juga pernah tercatat sebagai santri di beberapa pesantren ternama, di antaranya Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang; Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan; Pondok Pesantren Al-Anwar Lasem, Sarang, Jawa Tengah; juga mengikuti Majelis Ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al-Maliki di Malang, tepatnya ketika Sayyid Muhammad masih mengajar di Indonesia.
Walaupun telah memangku salah satu pondok pesantren yang ada di Surabaya, Kyai Miftah masih saja dikenal sebagai sosok yang sederhana. Sifatnya ini tercermin dari bentuk penghormatan kepada semua tamu yang datang ke ponpesnya. Ia juga tak segan untuk menuangkan wedang dan menyajikan cemilan kepada tamunya.