Dalil Puasa Tarwiyah dan Arafah Lengkap dengan Fadilahnya

Hukum dan Dalil Islam Ibadah

Buletin Islam | Saat memasuki bulan Dzul Hijjah, Umat Islam dianjurkan untuk menunaikan ibadah Puasa tarwiyah dan Puasa Arafah

Puasa tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan pada tanggal 8 Dzul Hijjah, sebelum Puasa Arafah.

Bacaan Lainnya

Kendati puasa ini dianjurkan, tapi tidak sedikit masyarakat yang belum menetahui, Apa Dalil yang menjadi landasan kedua puasa tersebut? dan apa keutamaannya? berikut ulasannya.

Dalil dan Keutamaan Puasa Arafah

Adapun hadits yang menjadi sandaran atas kesunnahan puasa Arafah adalah sebbagai berikut:

صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ مَاضِيَةً وَمُسْتَقْبَلَةً وَصَوْمُ عَاشُوْرَاَء يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً

Puasa hari Arafah menebus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang dan puasa Asyura (10 Muharram) menebus dosa setahun yang telah lewat. (HR Ahmad, Muslim dan Abu Daud dari Abi Qotadah).

Dari hadits tersebut, menegaskan bahwa salah satu fadilah dan keutamaan Puasa Arafah, adalah ia dapat meleburkan dosa selama satu tahun yang sudah lewat dan 1 tahun yang akan datang.

Baca Selengkapnya : Teks Bacaan Niat Puasa Arafah-Arab Latin dan Artinya

Dalil Puasa Tarwiyah dan Keutamaannya

Sementara dalil yang melandasi dianjurkannya puasa Tarwiyah pada 8 Dzul Hijjah, adalah :

صوم يوم التروية كفارة سنة وصوم يوم عرفة كفارة سنتين

Artinya, “Puasa hari Tarwiyah dapat menghapus dosa setahun. Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun,” (HR Abus Syekh Al-Ishfahani dan Ibnun Najar).

Sebagian Ahli Hadits, mempermasalahkan status hadits diatas, ada yang menilai hadits tersebut tergolong hadits Dhaif.

Kendati demikian, para ulama tetap menunaikan Puasa Tarwiyah, lantaran hadits tersebut tetap bisa diamalkan dan termasuk fadhailul Amal.

Jikapun hadits tersebut tidak bisa dijadikan landasan untuk puasa Tarwiyah, ada hadits lain yang bisa dijadikan hujjah, yaitu:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر

Artinya, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Tiada ada hari lain yang disukai Allah SWT untuk diisi dengan ibadah sebagaimana (kesukaan-Nya pada) sepuluh hari ini,’” (HR At-Tirmidzi).

Selain hadits diatas, ada pula Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari :

عن ابن عباس مرفوعا: “ما من أيام العمل الصالح أحب إلى الله فيهن من هذه الأيام” -يعني عشر ذي الحجة -قالوا: ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: “ولا الجهاد في سبيل الله، إلا رجلا خرج بنفسه وماله، ثم لم يرجع من ذلك بشيء

Artinya, “Dari Ibnu Abbas dengan kualitas hadits marfu’. ‘Tidak ada hari-hari di mana amal saleh lebih disukai Allah pada hari itu dari pada hari-hari ini, maksudnya sepuluh hari Dzulhijjah.’ Kemudian para sahabat bertanya, ‘Bukan pula jihad, ya Rasulullah?’ Rasul menjawab, ‘Tidak pula jihad di jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar membawa diri dan hartanya kemudian ia pulang tanpa membawa apa-apa lagi,’” (HR Bukhari).

Kedua hadits tersebut, secara implisit menjelaskan bahwa dalam 10 pertama bulan Dzul Hijjah, kita dianjurkan memperbanyak amal ibadah. dan Puasa termasuk amal Ibadah, termasuk pula Puasa tarwiyah.

Baca Selengkapnya : Teks Bacaan Niat Puasa Tarwiyah-Arab Latin dan Artinya

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Puasa Tarwiyah juga memiliki landasan hadits. Jika hadits pertama tidak diterima, bisa menggunakan landasan hadits kedua yang secara jelas menganjurkan ibadah secara umum pada 10 hari awal bulan Dzul Hijjah.

Sementara masalah keutamaan Puasa Tarwiyah, bisa menggunakan landasan hadits pertama, sebab hal tersebut berkaitan Fadhailul A’mal.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *