Covid-19 Ditinjau Dari Teologi Islam

BuletinIslam.Com | Sebagaimana yang ditulis oleh Prof Dr Harun Nasution (Teologi Islam, 2011), manusia tidak akan lagi hanya dilihat sebagai wayang yang digerakkan Tuhan untuk menjalani seluruh takdir yang telah digariskan, tetapi memiliki peluang untuk mewujudkan atau tidak mewujudkan perbuatan-perbuatan yang telah digariskan itu.

Faham ini dalam beberapa catatan kemudian ‘diadopsi’ oleh Abu Bakar Muhammad ibn al-Tayyib ibn Muhammad ibn Ja’bar ibn al-Qasim al-Baqillani, pengikut terkenal Abu al-Hasan al-Asy’ari, salah satu pendiri faham Ahli Sunnah dan Jamaah yang mengajarkan aliran al-Asy’ariyah.

Bacaan Lainnya

Terlepas dari perdebatan Qadariah dan Jabariah di atas, dalam konteks penanganan virus Corona saat ini, maka semestinya masyarakat memahami bahwa penanganan wabah ini tidak cukup hanya dengan doa dan berpasrah diri (tawakal), tetapi harus ada upaya sungguh-sungguh yang dilakukan untuk menghindari wabah mematikan ini.

Menghadapi Covid-19 kita tak cukup berpangku tangan menunggu takdir baik buruk, tetapi harus ada ikhtiar. Salah satu ikhtiar dimaksud, ikuti anjuran pemerintah terkait social distancing, menggunakan masker, memakai hand sanitizer, tidak jabat tangan dan lain sebagainya.

Menurut Dr. Drs. Asmuni Mth, MA., dosen Hukum Islam sekaligus Direktur Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia, berdasarkan catatan sejarah, pernah ada wabah penyakit pada masa Rasulullah dan sahabat.

Meskipun bukan virus mematikan layaknya Covid-19, wabah pada masa itu juga menular dengan cepat dan menyebabkan tidak sedikit orang terkena dampaknya. Pada masa itu, salah satu wabah yang sering terjadi adalah kusta atau lepra.

Sebagai tindakan pencegahan, Rasul memerintahkan untuk tidak berdekatan dengan penderitanya maupun wilayah yang terkena wabah.

Konsep karantina wilayah ini seperti diungkapkannya dalam HR Bukhari yang artinya: “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya.

Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.”“Dalam menghadapi wabah penyakit, Nabi Muhammad SAW memberikan konsep karantina untuk menyelamatkan nyawa manusia dari ancaman kematian akibat wabah penyakit menular”, ungkap Asmuni.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *