Biografi Sang Guru Bangsa, KH. musthafa Bisri

Biografi Ulama
Biografi dan Sejarah Para Ulama

Gus Mus atau yang mempunyai nama lengkap KH. Musthafa Bisri merupakan salah satu dari sastrawan kenamaan yang ada diindonesia. Beliau lahir di Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 10 Agustus 1944. Beliau lahir dari seorang ibu yang bernama Nyai Marafah Cholil dan seorang ayah yang hebat bernama KH. Bisri Mustofa sang pengarang Kitab Tafsir Al Ibriz li Ma’rifah.

Ayah Gus Mus juga dikenal sebagai seorang orator yang ulung berpidato. Bahkan menurut KH. Saifuddin Zuhri, KH. Bisri Mustafa mampu mengutarakan hal-hal yang sebenarnya sulit sehingga menjadi begitu gamblang, mudah diterima semua kalangan baik orang kota maupun desa.

Bacaan Lainnya

Kemudian beliau juga mampu membuat hal-hal berat menjadi begitu ringan, sesuatu yang membosankan menjadi mengasyikkan, sesuatu yang kelihatannya sepele menjadi amat penting. Berbagai kritiknya sangat tajam, meluncur begitu saja dengan lancar dan menyegarkan, serta pihak yang terkena kritik tidak marah karena disampaikan secara sopan dan menyenangkan.

Selain itu, Kakeknya, KH. Zaenal Mustofa adalah seorang saudagar ternama yang dikenal sangat menyayangi ulama. Pada tahun 1955, KH. Zaenal bersama keluarganya mendirikan Taman Pelajar Islam (Roudlotut Tholibin). Pondok pesantren tersebut kini diasuh oleh Gus Mus.

Gus Mus melepas masa lajangnya dengan menikah dengan Nyai Hj Siti Fatma putri Kiai Basyuni pada 19 September 1971. Buah dari pernikahanya, Gus Mus dan Istrinya dikaruniai enam anak perempuan diantaranya, lenas Tsuroiya, Kautsar Uzmut, Rudloh Quds, Rabiatul Bisriyah, Nada dan Almas serta seorang anak laki- laki, Muhammad Bisri Mustofa.

Ayah Gus Mus sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya, lebih dari sekedar pendidikan formal. Meskipun otoriter dalam prinsip, namun ayahnya mendukung anaknya untuk berkembang sesuai dengan minatnya.

untuk riwayat pendidikannya sendiri, beiau memulainya dari SR (sekolah Rakyat) di Rembang, kemudian lanjut ke Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo Kediri di bawah asuhan KH Marzuki dan KH Mahrus Ali, Kurang lebih beliau belajar di Lirboyo sekitar dua tahun, kemudian beliau lanjut belajar di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, di bawah asuhan KH Ali Ma‘shum dan KH Abdul Qadir, kurang lebih sekitar 4 tahun Gus Mus mondok di sana. Kemudian melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar Cairo.

Gus Mus adalah pengasuh Pondok Pesantren Raudlotut Tholibin, Leteh, Rembang. Pekerjaannya sebagai penulis dan staf pengajar di Pesantren Taman Pelajar Rembang; Penasihat di Majalah Cahaya Sufi dan Al-Mihrab Semarang. Ikut mengasuh situs Pesantren Virtual dan Gusmus.Net.

Beliau juga seorang budayawan yang aktif menulis kolom, esai, cerpen, dan puisi di berbagai media masa. Seperti: Tempo, Forum, Umat, Amanah, Ulumul Qur’an, Panji Masyrakat, Horison, Kompas, Jawa Pos, Media Indonesia, Republika, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Detak, Wawasan, Bali Pos, Dumas, Bernas, Pelita, Pesantren, Warta Nu, Aula. Selain menulis, beliau juga sering berceramah dan baca puisi.

Kepedulian Gus Mus yang tercurah media massa melahirkan konsep “MataAir‘. Konsep ini mewadahi mimpinya tentang media alternatif yang berupaya memberikan informasi yang lebih jernih, yang pada awalnya merupakan respons atas keprihatinannya terhadap kebebasan pers yang sangat tidak terkendali (setelah Orde Baru tumbang, 1998). Meski belum sepenuhnya hadir seperti yang diharapkan Gus Mus, konsep “MataAir‘ ini akhirnya terwujud dengan diluncurkannya situs MataAir, gubuk maya Gus Mus di www.gusmus.net (2005), kemudian disusul penerbitan perdana majalah MataAir jakarta (2007) dan MataAir Yogyakarta (2007). “MataAir” mempunyai motto: “Menyembah Yang Maha Esa, Menghormati yang lebih tua, Menyayangi yang lebih muda, mengasisih sesama”.
Pengabdian di Nahdlatul Ulama (NU)

Sejak muda Gus Mus adalah pribadi yang terlatih dalam disiplin berorganisasi. Sewaktu kuliah di Al-Azhar Cairo, bersama KH Syukri Zarkasi (sekarang Pengasuh Ponpes Modern Gontor Ponorogo, Jawa Timur), Gus Mus menjadi pengurus HIPPI (Himpunan Pemuda dan Pelajar Indonesia) Divisi Olah Raga. Di HIPPI pula Gus Mus pernah mengelola majalah organisasi (HIPPI) berdua saja dengan KH. Abdurrahaman Wahid (Gus Dur).

Tidak berbeda dengan para kiai lain yang memberikan waktu dan perhatiannya untuk NU (Nahdlatul Ulama), sepulang dari Cairo Gus Mus berkiprah di PCNU Rembang (awal 1970-an), Wakil Katib Syuriah PWNU Jawa Tengah (1977), Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, hingga Rais Syuriyah PBNU (1994, 1999). Tetapi mulai tahun 2004, Gus Mus menolak duduk dalam jajaran kepengurusan struktural NU. Pada pemilihan Ketua Umum PBNU 2004-2009, Gus Mus menolak dicalonkan sebagai salah seorang kandidat.

Pada periode kepengurusan NU 2010 – 2015, hasil Muktamar NU ke 32 di Makassar Gus Mus diminta untuk menjadi Wakil Rois Aam Syuriyah PBNU mendampingi KH. M.A. Sahal Mahfudz. Pada bulan Januari tahun 2014, KH. M.A. Sahal Mahfudh menghadap kehadirat Allah, maka sesuai AD ART NU, Gus Mus mengemban amanat sebagai Pejabat Rois Aam hingga muktamar ke 33 yang berlangsung di Jombang Jawa Timur. Pada muktamar NU di Jombang, Muktamirim melalui tim Ahlul Halli wa Aqdi, menetapkan Gus Mus memegang amanat jabatan Rois Aam PBNU. Namun Gus Mus tidak menerima Jabatan Rois Aam PBNU tersebut dan akhirnya Mukatamirin menetapkan Dr. KH. Ma‘ruf Amin menjadi Rois Aam PBNU periode 2015-2020.

walaupun begitu, beliau juga tak lepas peran dalam dunia perpoltikan. dalam sejarahnya, beliau juga dikenal sebagai salah satu dari penggagas dan pencetus lambang dari partai politik yang didirikan oleh KH. abdurrahman Wahid itu, PKB.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *