BuletinIslam.com | Wali jazab (majzub) memang ada tapi justru derajatnya di bawah wali yang hidup seperti biasa, yaitu para ulama.
Untuk menjadi wali atau kekasih Allah ada dua jalur. Jalur prestasi dan jalur undangan.
Mereka yang meniti jalan hidayah dari bawah, dengan bersusah payah menjalankan syariat secara istiqamah pada akhirnya pasti akan mencapai maqam sebagai wali kekasih Allah. Naik terus sampai tingkat yang mampu mereka tempuh.
والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
ﻣﻦ ﻋﺎﺩﻯ ﻟﻲ ﻭﻟﻴﺎ ﻓﻘﺪ ﺁﺫﻧﺘﻪ ﺑﺎﻟﺤﺮﺏ ﻭﻣﺎ ﺗﻘﺮﺏ ﺇﻟﻲ ﻋﺒﺪﻱ ﺑﺸﻲء ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻲ ﻣﻤﺎ اﻓﺘﺮﺿﺖ ﻋﻠﻴﻪ، ﻭﻣﺎ ﻳﺰاﻝ ﻋﺒﺪﻱ ﻳﺘﻘﺮﺏ ﺇﻟﻲ ﺑﺎﻟﻨﻮاﻓﻞ ﺣﺘﻰ ﺃﺣﺒﻪ، ﻓﺈﺫا ﺃﺣﺒﺒﺘﻪ: ﻛﻨﺖ ﺳﻤﻌﻪ اﻟﺬﻱ ﻳﺴﻤﻊ ﺑﻪ، … الحديث
Sedangkan mereka yang tanpa upaya apapun, tiba tiba ditarik (majzub) oleh Allah, dibuka hijab nafsunya, sehingga jiwanya memandang tajalliyat tajalliyat, hingga tersilaukan, nyaris kesadaran fisiknya hilang, fokus perhatiannya hanya Satu. Dunia di sekelilingnya hilang. Kadang mereka tampak seperti orang gila.
Tapi itu bukan kondisi ideal. Itu tahap paling awal memasuki kewalian. Pada saatnya nanti ketika sang majzub sudah mampu menguasai diri, kesadarannya pulih, dia akan dikembalikan sebagaiamana para kekasih Allah lainnya, menjadi orang shalih yang istiqamah bersyariat. Saat itulah mereka baru boleh dijadikan panutan, bukan saat masih “gila” tanda kutip.
Tapi ingat, jalur undangan ini tak bisa dicari dan tak bisa diupayakan sama sekali oleh siapapun. Terserah Allah mau memilih siapa tukang maksiyat yang akan dicabutnya dari kegelapan duniawi menuju hadhrat-Nya.
الله يجتبي اليه من يشاء ويهدي اليه من ينيب
Allah memilih orang yang Dia kehendaki untuk tiba tiba didekatkan kepadaNya, dan memberi petunjuk kepada orang yang mau berupaya mendekatiNya.
Jadi satu satunya yang wajib dipayakan adalah jalan istiqamah bersyariat. Karenanya, kedudukan wali paling tinggi telah ditempati para pemberi petunjuk jalan syariat, yaitu para ulama yang istiqamah.
قال الإمام النووي رحمه الله في كتابه “التبيان”: (قال الإمامان الجليلان أبو حنيفة والشافعي رحمهما الله: “إن لم يكن العلماء هم أولياء الله فليس لله ولي”
Imam An Anawawi, dari Imam Abu Hanifah dan Imam Asyyafii mengatakan : “Jika para ulama bukanlah wali Allah maka tidak ada wali bagi Allah”
Sumber : FB, Najih Ibn Abdil Hameed