Mengenal Kitab Minhajul Abidin, Karya Imam Ghazali

BuletinIslam.com | Kitab Minhajul Abidin merupakan salah satu karya monumental Hujjatul Islam Imam Ghazali, yang mengupas tentang tahapan-tahapan menuju kesempurnaan ibadah seorang muslim.
Mengenal Kitab Minhajul Abidin, Karya Imam Ghazali
Di Pondok pesantren, kitab ini biasanya masuk dalam pembelajaran untuk meningkatkan ketaatan santri dalam beribadah, serta bimbingan ruhaniyah mereka.

Selain kitab Minhajul Abidin, ada deretan kitab karya Imam Ghazali yang juga sering kita temukan dikaji di lembaga pesantren, misalnya kitab Ihya’ Ulumiddin, Kitab, Ayyuhal Walad, al-Munqidz Min al-Dholal, Bidayatul Hidayah, hingga al-Mustasyfa dan lan sebagainya.

Bacaan Lainnya

Walhasil, koleksi karangan Imam al-Ghazali, bisa dipastikan dipelajari di Pondok Pesantren di Indonesia. Dan khusus yang terakhir ini, akan kami ulas.

Tujuh Tahapan dalam Kitab Minhajul Abidin

Jika dilihat dari ulasannya, sesuai dengan judulnya “Minhaju” yang berarti Pedoman, dan “al-Abidin” yang berarti para hamba-hamba Allah swt. beliau memberikan tujuh tangga dan tahapan bagi seorang muslim agar dapat mencapai kesempurnaan dalam beribadah kepada Allah swt.
Adapun tahapan-tahapan dan tanga yang dimaksud adalah sebagai berikut:
  1. Tahap ilmu dan makrifat 
  2. Tahap taubat
  3. Tahap godaan
  4. Tahap Rintangan Dalam Beribadah
  5. Tahap dorongan dan motivasi
  6. Tahap menghindari faktor-faktor perusak ibadah
  7. Tahap  Syukur.

#1 Tahapan Ilmu dan Ma’rifat

Hirearki diatas disusun oleh sang Hujjatul Islam dengan analisa yang kuat. Misalnya, tahapan pertama beliau mengulas tentang Ilmu dan Ma’rifat. Artinya, Ibadah seorang hamba tidak dapat sempurna jika tidak dilandasi dengan keilmuan yang kuat pula.

Dalil untuk memperkuat analisanya, beliau menyampaikan riwayat Mu’adz bin Jabal ra. yang berbunyi :
العلم إِمَامُ العَمَلِ وَالْعَمَلُ تَابِعُهُ
Artinya : “Ilmu adalah Pemimpin sementara Amal [perbuatan] adalah pengikutnya” 

Dan menurutnya, setidaknya ibadah seorang muslim memang tidak sempurna jika tidak didasari oleh keilmuan yang benar, terutama ilmu di bidang Tauhid, dan Syari’ah.
Selain harus berbekal ilmu pengetahuan, al-Ghazali juga menjelaskan pentingnya dorongan rasa takut “Khauf” dan harapan “Raja’” yang keduanya harus seimbang. Sebab menurutnya, Khauf (takut) bisa mengindarkan seseorang dari perbuatan tercela atau maksiat. Sementara raja’ (harapan) bisa menumbuhkan rsa optimisme terhadap rahmat Allah swt.

#2 Tahapan Taubat

Imam Ghazali menegaskan bahwa Taubat hukumnya wajib dilakukan oleh seorang muslim, agar bisa mencapai kesempurnaan dalam ibadah. Ada dua hal yang menjadi alasan, yakni:

  1. Dengan Taubat, diharapkan seorang muslim berhasil berhasil dalam menjalankan ketaatan.
  2. Dengan Taubat, agar ibadah seorang muslim diterima oleh Allah swt.

#3 Tahapan Godaan

Tahapan selanjutnya yang harus dilalui seorang muslim adalah tahapan godaan, setidaknya ada empat godaan yang harus dilalui seorang hamba agar dapat melanjutkan ke tahap berikut. Ke-empat godaan menurut Imam Ghazali tersebut adalah:

  1. Godaan Dunia
  2. Godaan Makhluk
  3. Godaan Setan
  4. Godaan Hawa Nafsu

 #4 Tahap Rintangan Dalam Beribadah

Selain al-Ghazali menyebutkan ke-empat godaan yang tidak mudah dilalui diatas, beliau juga selanjutnya menyebutkan empat rintangan yang nantinya harus dilalui, yakni:

  1. Rezeki dan Tuntutan Hawa Nafsu
  2. Kekhawatiran
  3. Ketentuan Allah swt.
  4. Musibah dan Kesulitan-kesulitan lainnya

#5 Tahap Dorongan dan Motivasi

Seperti pada tahapan awal sudah disinggung, pada tahapan ini al-Ghazali kembali menjelaskan dua dorongan dan motivasi hamba agar bisa sampai pada kesempurnaan dalam beribadah, yaitu:
  1. Khauf, rasa takut, yang nantinya bisa memicu agar seorang hamba terhindar dari maksiat
  2. Raja’, sebuah harapan, agar seorang hamba dapat berfikir positif dan optimis (tidak putus asa)

 #6 Tahap Menghindari Faktor Perusak Ibadah

Tahapan ke-enam, yakni seorang hamba dalam menjalankan ibadah harus istiqamah dan lurus, serta senantiasa waspada dahi hal-hal yang dapat merusak ibadahnya, misalnya adalah penyakit riya’ (ingin dipuji).

#7 Bersyukur Kepada Allah swt.

Tahapan terakhir ini adalah puncak perjalanan seorang hamba menuju kesempurnaan dalam Ibadah menurut Imam Ghazali yang perlu senantiasa dilakukan, yaitu senantiasa mensyukuri semua nikmat yang Allah berikan, termasuk ni’mat taufiq yang telah Allah swt. gariskan kepadanya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *